Menengok perjalanan waktu, terasa bahwa ada banyak kisah tercipta . Ada banyak serpihan sajak menanti. Ada tawa , ada canda , ada kelucuan , kesedihan dan bahagia warnai hari-hari yang mulai merambat menuju lembaran terakhir di tahun yang penuh jejak ini .
Ibarat membuka tabir hidup satu-persatu . Berkilauan aura menerpa seluruh kecap rasamu , rasa senimu serta keingintahuanmu yang menggelisah meminta segala jejak sejarah yang pernah kau ukir tak berlalu begitu saja. Prosesi menyimpan mutiara teragung seakan berjalan lambat . Apa yang hendak kausampaikan andai waktu berhenti berputar ?
Adalah bentuk rasa dalam suprasadar kita membuang arus waktu yang mungkin masih bergelimang toksin . Adalah alam fikir yang mencipta sungguh segala keindahan yang berpendar lewat seluruh harmoni dunia katamu . Yang kutahu segala hasrat sekan melompat , berlari dan mengejar sesuatu yang kian menjadi obsesi. dalam dunia khayalmu.
Mari bermain kata , mari mengungkap rasa . Kelak kau tanamkan kembali bibit harum wangimu ke pelupuk jiwa yang mengering . Mengapakah kau tak hendak membasahi sendiri ?
Hujanpun tak jenuh menjatuhkan tiap butiran kilaunya hingga menyentuh relung jiwa kita terdalam . Bahkan kau bisa membiarkannya membadai disana .
Dikeluasan hatimu.
Dibinar matamu yang seteduh nyiur di pantai Bandanaira .
Atau kolam di pelataran syurga .
Pernah kita ikrarkan bersama bahwa hantu kehidupan ada kalanya jiwa kita sendiri .
Mengingat bahwa semesta ini berenergi , kitapun percaya bahwa batupun bisa bicara .
Bahwa segala sesuatu akan kembali ke sesuatu yang kasat . Kasat dalam arti sesuatu yang teragung ,yang tak mungkin kita jangkau bila pakaian kita penuh debu dan lumpur .
Menggantinya dengan kebeningan bathin adalah cara terindah dan termudah menurut pesan alam yang kita dengar tiap hari. Pagi dan petang , antara kau dan aku , dia dan mereka . Atau sebentuk ilusi dalam heningmu sendiri dikeramaian bebunyian yang tetap setia pada waktu….
Mari dengar nada indah yang memilih pagi untuk sekedar goreskan jejak makna dalam persahabatan kita selama ini . Semoga bisa kau nikmati.
” Rembang petang tak hendak kupilih menguntai syair bergaun anggun pengantar senjamu yang diam . Baiklah , kupilih cahya pagi yang mengulum senyum simpul dalam sisa petir yang menghentak dalam jejak sapanya . Aku tersipu dalam senandung doa yang kau gema ke seluruh raga .
Mengapa harus aku yang menapaki jejak-jejak berkerikil
Sementara aku tak memegang tongkat Nabi Musa seperti dalam dongengmu
Izinkanku berkuda lewati tebing curam yang kau cipta
Lalu membawa deritamu masuk dalam selimut anganku yang dusta
Agar kau sadar aku adalah warna yang tak hendak kau lihat …
Maka simpanlah aura itu dalam kotak pandoramu
Lalu diamkan…hingga membuka sendiri bila saat itu tiba
biarkan mengkristal dalam penantian
terjatuh dalam jurang sunyi
Menggelap
Membusuk disana
hingga mentari hangatkan embun
tetesakan kehidupan
Maka berakhirlah serenada luka
Yang mengucurkan darahnya di titik terakhir jejak kita….
Sebelumnya ,
Takkah kau lihat barisan sajak menggumpal di altar langit
yang torehkan mimpi di pelupuk senja kita
aku terus goreskan bait akhirnya
membelah petang kucurkan api kata
bahkan anginpun permisi bertiup
terhempas keagungan sabda Illahi
yang kucuri lewat bidadari malam
sebagai penghias akhir sajak kita
Baiklah, tetesan kata ini kuakhiri sampai disini. Semoga abadikan sepenggal kisah kita. Tak perlu getarkan sunyi. Cukuplah bagiku ada kamu yang mewarnai hati.
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)